I. PENDAHULUAN
Bencana tsunami yang terjadi di Indonesia diakibatkan gempa-gempa dangkal dan kuat yang terjadi didasar laut.Gempa-gempa tersebut mempunyai kedalaman bervariasi antara 13 sampai 95 km,magnitudo 5,9 sampai 7,5 SR,intensitas gempa antara VII sampai IX dalam skala MMI (Mo-dified Mercalli Intensity),dan jenis pensesaran gempa yang dominan adalah sesar naik.
Tinggi gelombang tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara empat sampai 24 meter dengan magnitudo tsunami berkisar antara 1,5 sampai 4,5 dalam skala Imamura.Sementara itu,jangkauan gelombang tsunami ke darartan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.
Indonesia, dilihat dari konteks geografis dan geologis merupakan daerah yang rawan bencana seperti bencana tsunami, letusan gunung api dan tanah longsor/gerakan tanah, gempa dan lainnya. Salah satu dampak dari bencana tersebut adalah, selama dekade terakhir (1994~2004), lebih kurang 6,8 juta penduduk Indonesia telah menjadi korban berbagai bencana. Ditambah dengan banyaknya korban karena bencana Tsunami Aceh dan Nias yang terjadi diakhir 2004 yang korbannya mencapai 220 ribu jiwa.
Ada beberapa tsunami yang paling merusak dan tercatat dalam sejarah.
1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal dan pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu. Namun Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh lebih dari 60 ribu orang.
27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat dan utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang menuju tepi pantai.
15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh 159 orang, kebanyakan berada di Hawaii.
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang pelaut.
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii.
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 67 meter, membunuh lebih dari 120 orang. Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter.
23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban gempa bumi.
17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
II. PEMBAHASAN
Indonesia, dilihat dari konteks geografis dan geologis merupakan daerah yang rawan bencana seperti bencana tsunami, letusan gunung api dan tanah longsor/gerakan tanah, gempa dan lainnya. Salah satu dampak dari bencana tersebut adalah, selama dekade terakhir (1994~2004), lebih kurang 6,8 juta penduduk Indonesia telah menjadi korban berbagai bencana.
Gelombang tsunami ini diperkirakan paling banyak menelan korban jiwa. Setidaknya korban meninggal di Aceh dan Sumatera Utara, serta beberapa negara Asia lainnya seperti Sri Lanka, India, dan Thailand telah mencapai ribuan orang.Korban akibat gempa dan gelombang tsunami di Indonesia sendiri, hingga berita ini diturunkan, masih belum bisa dipastikan. Namun hingga pukul 17.30 WIB, Badan Koordinasi Nasional mencatat, ada sekitar 148 meninggal dunia. Sedangkan jumlah korban luka dan hilang belum diketahui.Bencana gempa dan tsunami di Indonesia tidak hanya terjadi kali ini. Sebelumnya, peristiwa serupa telah terjadi berkali-kali dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
Pasca meletusnya Krakatau, setidaknya sejak selama periode 1900-1996, setidaknya telah terjadi 17 bencana tsunami besar di Indonesia. Lima belas di antaranya terjadi di Kawasan Timur Indonesia, yang memang dikenal sebagai daerah seismotektonik aktif dan kompleks. Tsunami tersebut diakibatkan oleh aktivitas kegempaan yang terdapat pada zona-zona seismmotektonik aktif seperti zona subduksi, zona bukaan, dan zona sesar yang tersebar di hampir seluruh kepulauan di Indonesia.
Bencana-bencana tersebut tidak disebabkan oleh alam semata, namun merupakan kombinasi dariberbagai resiko bahaya (hazard), kondisi kerentanan, ketidakmampuan atau kelemahan kemampuan bertindak untuk mengurangi potensi konsekuensi negatif yang ada. Kenyataannya, pilihan pembangunan dapat menciptakan kondisi dimana resiko bahaya justru berkembang menjadi bencana. Akhir-akhir ini bencana bukan lagi dilihat dari sebab musabab-nya namun ditikberatkan pada dampak yang dapat ditimbulkannya.
Terkait dengan hal tersebut, harus ada perbahan paradigma penanggulangan bencana,yaitu:
1. Dari respon darurat ke manajemen resiko: penanganan bencana dipandang sebagai rangkaian tindakan khusus terbatas pada keadaan darurat diubah menjadi manajemen resiko sehingga dampak merugikan dari suatu gejala alam dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali.
2. Perlindungan rakyat sebagai perwujudan kewajiban pemerintah untuk menyediakan perlindungan sebagai hak azasi rakyat. Hal ini menempatkan penanggulangan bencana sebagai salah satu perwujudan tanggungjawab – bukan kemurahan – pemerintah untuk memberikan sebaik mungkin perlindungan terhadap rakyat dari risiko bencana.
3. Dari tanggung jawab pemerintah menjadi urusan bersama masyarakat. Dalam hal membawa
penanggulangan bencana dari ranah pemerintahan kearah urusan kemaslahatan bersama, penanggulangan bencana berbasis masyarakat, praktik tanggung jawab sosial korporasi, dan penguatan strategi-strategi penanganan tradisional menjadi tema-tema sentral.
Penanggulangan.
- Disediakannya alat pendeteksi tsunami pada setiap laut yag berpotensi tsunami.
- Menjauhkan pemukiman penduduk dari batas laut.
- Membuat tanggul-tanggul penahan pada perbatasan laut.
- Menanam tanaman bakau sebagai pelindung resapan air laut untuk mencegah abrasi sungai.
- Siaga terhadap gempa yang dapat menimbulkan tsunami dengan menjauhkan diri dari laut.
- Tetap tenang, tidak mudah panik karna panik dapat menimbulkan bahaya untuk diri sendiri.
- Senantiasa selalu berdo’a kepada Allah meminta perlindungan kepadaNya.
III. KESIMPULAN
Pelajaran yang senantiasa dipetik dari kejadian bencana alam adalah bagaimana kita mempersepsi peristiwa bencana alam. Bagaimana kemungkinan terjadinya bencana alam itu dan bagaimana keparahan yang mungkin terjadi, serta bagaimana upaya antisipasi dan respon mengatasinya. Pengetahuan tentang gejala-gejala bencana alam dan kesiapan perilaku yang perlu dilakukan ketika terjadi bencana, perlu menjadi perhatian bagi kita semua, terutama masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.